Wednesday 8 September 2010

Filosofi kopi


Seorang teman dikantor suatu kali mengirimkan pada saya email dengan sisipan file yang isinya cukup menyentuh. Aslinya, sisipan itu berformat power point dan isi tulisannya sedikit serta pendek-pendek saja. Tapi bisalah coba saya ceritakan isinya yang menyentuh itu dengan bahasa serta dari pemahaman saya sendiri.

Anda tahu apa beda jagung, telur dan biji kopi ?


Jagung :
Dalam kondisi mentah dia keras dan kuat. Nampak tegar dan kokoh. Jagung juga mempunyai kulit yang berlapis lapis. Perlu usaha untuk bisa melihat dagingnya. Belum lagi bulu-bulu lembut diantara kulit dan dagingnya, yang menurut pemahaman saya, berguna sebagai pelindung dan penghangat. Dagingnya sendiri terbagi-bagi menjadi ratusan biji-biji berjajaran rapih simetris.

Dari semua penampakan dan perawakan itu, untuk bisa memasaknya, jagung mesti dilepas satu-per satu kulitnya, ditelanjangi. Dibuang juga bulu-bulu lembutnya baru di cemplungkan ke air panas mendidih, dibiarkan beberapa waktu lalu jagung diangkat.

Jagung kemudian ditiriskan dan ayo kita lihat hasilnya :

Daging jagung sekarang terasa lembek, mudah disobek-sobek juga mudah untuk dilepas satu-satu dari bonggolnya. Dan bonggolnya pun sekarang sama dengan dagingnya, tidak lagi sekeras dan sekokoh sebelum digodok.
______________


Telur :
Telur adalah benda halus. Maksud saya karena sifatnya yang rapuh jadi penanganannya harus hati-hati. Coba kita lihat satu satu.

Cangkang atau kulit telur kalau diraba sepertinya keras, tugasnya melindungi isi telur yang cair itu. Tak boleh sedikitpun cangkang ini sobek atau bocor. Bisa-bisa berantakan isi telur ini. Jika sudah begitu, apalah guna telur kalau tak ada lagi isi.

Telur dengan cangkang yang keras tapi rapuh ini lalu di masukan kedalam air panas mendidih, dibiarkan beberapa waktu lalu di angkat.

Seperti apa rupa telur setelah digodok ?

Kulitnya tidak berubah sama sekali. Tetap keras dan tampak melindungi. Adapun isi telur setelah digodok berubah fase dari cair menjadi padatan. Dari perubahan ini ada pesan yang disampaikan oleh isi ke cangkang, bahwa peran melindungi cangkang atas isi sudah berkurang jauh. Sekarang tak perlu khawatir berlebihan lagi jika cangkang sobek atau bocor. Isi tetap bisa digunakan.
______________


Biji kopi :
Setelah terpisah dari kulitnya, agar punya nilai ekonomi yang lebih tinggi, biji kopi di jemur terlebih dahulu agar kandungan airnya menurun. Dibiarkan biji kopi ini berhari hari disengat panas matahari. Setelah itu agar cita rasa alaminya muncul, biji kopi lalu di sangrai. Sangrai, bagi yang belum paham, adalah proses pemanasan tidak lansung biji kopi dengan dengan api. Agar sempurna, suhu pemanasan haruslah diatas 100°C dan dalam waktu yang cukup.

Setelah disangrai, biji kopi ini akan harum dan bercita rasa kopi.

Sudah bisa dipakai ? belum lagi kawan …

Biji kopi perlu di tumbuk dulu agar menjadi kopi yang halus berpasir sehingga akhirnya tidak lagi dalam bentuk biji.

Kopi yang sudah halus berpasir ini lalu di masukan ke dalam air mendidih. Sebentar saja, air lalu menghitam dan berbau kopi.
______________


Lalu apa perbedaan dari ketiganya ?


Begini :

Bayangkan air panas mendidih adalah hidup yang keras ini. Penuh liku-liku, perjuangan yang tidaklah mudah dalam menggapai keinginan dan mimpi-mimpi.

Jagung, telur dan biji kopi adalah personifikasi kita semua yang hidup. Melambangkan individu-individu dengan segala kekuatan dan kelemahan masing-masing.

Ada yang dari luar nampak kuat dan tegar, tapi dalam mengarungi hidup, ketika bersinggungan dengan kesulitan jadi cepat loyo dan layu (Jagung).

Ada yang dari luar nampak lemah dan perlu perlindungan, tapi lalu menjadi tegar setelah ditempa dengan banyak lika-liku hidup (Telur).

Bagaimana dengan biji kopi ?

sebelum terjun kedunia nyata (air mendidih) biji kopi sudah mempersiapkan dirinya sebaik-baiknya. Dia menerima tempaan dari awal sekali (Belajar) agar semua potensi diri bisa dimunculkan untuk kelak digunakan sebagai bekal dalam mengarungi hidup.

Dengan bekal yang cukup, biji kopi tak cuma sanggup bertahan dalam hidup yang panas dan bergolak, tapi lebih dari itu, dia sanggup memunculkan potensi-potensi aslinya sehingga lingkungan yang sulit itu (air panas) bisa di warnai dan dibauinya. Hidup lalu menjadi tak lagi tawar dan hambar. Hidup yang keras dan berliku menjadi harum mewangi. Hidup jadi lebih bermakna dan punya cita rasa.

Saya ingin menjadi biji kopi, bagaimana dengan anda ?


Bandar Lampung, 8 Sep 2010