Saturday 18 September 2010

pulang

“aku ingin pulang, ingin cepat pulang …”
“berikan sayapmu agar aku pulang”


Sepotong syair diatas, yang saya kutip dari lagunya Nidji, rasa-rasanya kok pas ya menggambarkan betapa hidup yang sedang mengalir ini semakin terasa penuh hal yang belum lagi bisa saya pahami.

Lebaran kemarin, tetap saja seperti lebaran yang lalu-lalu. Sungkem saya pada orang tua sehabis sholat Ied belum juga bisa membuat hati terdalam saya merinding dan bergetar. Kata-kata saling meminta maaf masih sebatas ritual yang harus selalu dijalani tahun demi tahun.

Ingatan akan masa-masa yang dulu, kejadian-kejadian yang lampau hingga yang baru kemarin-kemarin ini masih saja terus menggantungi jiwa terdalam saya. Membebani saya untuk bisa menjadi seorang yang lebih besar hati. Meminta dan memberi maaf dengan tulus ikhlas, tidak sebatas ucapan dibibir atau jabatan tangan semata.


Saya ingin bisa menangis
Ketika sujud menggenggam telapak
Bicara terisak-isak
Suara yang bergetar
Mengantar hati yang memohon ampun


Saya tahu kelak saya harus bisa
Tapi tidak sekarang, belum bisa sekarang
Kapan ?
Saya sendiri belum tahu


“aku ingin pulang, ingin cepat pulang …”
“berikan sayapmu agar aku pulang”


Bandar Lampung, 18 Sep 2010

No comments:

Post a Comment